Membenahi Perekonomian

Investor Daily, 4 April 2008
Tandean Rustandy

Masalah pangan dan energi menghantui masyarakat Indonesia saat ini. Tapi mengapa kita selalu menyalahkan alam sebagai biang dari berbagai permasalahan tersebut?

Banyak masalah menerpa masyarakat kita akhir-akhir ini. Banjir dan gelombang laut datang silih berganti. Banjir yang melanda berbagai kawasan di Tanah Air mengakibatkan ratusan ribu hectare lahan sawah rusak, dan para petani pun tidak dapat lagi menikmati hasil pekerjaan mereka.

Sementara itu, cuaca buruk dan gelombang laut yang ganas telah mengakibatkan para nelayan takut melaut. Akibatnya, para nelayan tidak memperoleh penghasilan apa pun dari profesi yang mereka geluti sehari-hari. Bersamaan itu muncul masalah lain, yakni beras, sayuran dan kebutuhan pokok lainnya tidak dapat didistribusikan merata keluar Jawa.

Dua masalah tersebut kerap dijadikan biang terjadinya krisis pangan di mana-mana. Namun, pernahkah kita memikirkan manajemen risiko (risk management) untuk mengurangi masalah yang diakibatkan alam? Jujurkah kita bahwa semua itu terjadi karena salah kita mengurus dan membuat sebuah kebijakan?

Lihat saja, pembangunan ekonomi Indonesia berpusat di Jawa, sehingga pertumbuhan terkonsentrasi di kota-kota besar di sini. Pembangunan tidak menetes ke daerah-daerah karena tak ada investasi ke sana. Padahal untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, investasi perlu dilakukan di seluruh wilayah Indonesia.

Untuk menarik investor ke daerah, pemerintah harus membangun infrastruktur yang memadai hingga ke daerah-daerah. Selain itu, pemerintah juga harus konsisten menjalankan aturan-aturan yang pro-pasar dan pro-investasi. Sumber daya manusia yang berkualitas dan berintegritas tinggi sangat dibutuhkan untuk ini. Percuma memiliki infrastruktur yang memadai, penegak hukum yang baik, tetapi SDM-nya lebih banyak bekerja untuk kepentingan pribadi dan kelompok.

Komitmen Perubahan
Kita memiliki banyak cadangan gas alam dan batubara yang bisa menjadi alternatif kelangsungan pasokan listrik dan moda transportasi menggantikan BBM. Sayangnya, epmerintah kita kurang kreatif. Anadaikata pemerintah membangun pembangkit listrik bahan bakar batubara skala besar di Sumatera Selatan yang kaya cadangan, kelangkaan pasokan listrik kawasan ini bisa diatasi, bahkan kelebihan pasokan bisa diarahkan ke Jawa bagian barat.

Melihat ke belakang, yaitu tahun 1929 di mana Amerika mengalami masalah paling sulit, depresi besar alias great depression. Presiden AS saat itu FD Roosevelt memobilisasi sebagian rakyat yang menganggur di daerah Pantai Timur untuk pindah ke daerah barat yang berpadang pasir tandus seperti Nevada dan Arizona. Kebijakan tersebut untuk membangun Hoover Dam, yakni pembangkit listrik bertenaga air untuk menghidupkan daerah tersebut.

Kebijakan Roosevelt tersebut membuka lapangan pekerjaan baru bagi rakyatnya, harga listrik menjadi murah, sektor-sektor riil terstimulasi sektor-sektor lainnya. Faktanya, Las Vegas sekarang menjadi pusat perjudian dan entertainment terbesar di dunia, Arizona menjadi daerah favorit bagi orang-orang kaya yang mau menikmati masa tuanya.

Kita juga tidak perlu malu belajar dari Negara tetangga kita, Singapura. Negeri kecil ini tidak memiliki kekayaan alam, bahkan air minum saja diekspor dari Riau. Tapi apa imbalan dari kreativitas warganya adalah predikat sebagai City-State yang modern dan makmur. Mereka berhasil membangun perusahaan kecil menjadi perusahaan multinasional (MNC) berkaliber internasional.

Ketika liquiditas keuangan internasional sedang demam, mereka mampu menanamkan dana puluhan miliar dolar UBS dan Citibank. Mengapa Negara yang baru merdeka tahun 1966 kini mampu memiliki saving dan cadangan devisa yang begitu besar? Salah satu penyebabnya adalah pemimpin Singapura yang memiliki visi jelas, konsisten dalam menegakkan hukum, mampu menerapkan kebijakan yang pro-investor, serta kepedulian yang tinggi terhadap kepentingan Negara daripada kepentingan pribadi.

Pemimpin Visioner
Tahun 2009 tak lama lagi akan kita jejaki. Itu tahun pemilu, di mana rakyat bangsa ini diberikan hak untuk memilih pemimpinnya dan para wakilnya untuk duduk di parlemen. Akankah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden M Jusuf Kalla kembali dipercayai rakyat untuk memimpin bangsa ini?

Tinggal setahun lagi dua sosok ini menjalani amanat rakyat yang dipercayakan kepada mereka empat tahun silam. Dalam sisa masa jabatannya, SBY-JK masih memiliki “tunggakan”, yakni mengentaskan kemiskinan dan menurunkan pengangguran. Dua masalah ini harus menjadi prioritas dan harus tuntas diselesaikan jika pasangan ini ingin duduk lagi dalam tampuk pimpinan Negara.

Lepas dari itu semua, ke depan kita memang membutuhkan pemimpin yang kuat, visioner, konsisten, dan bijak dalam memimpin Negara. pemimpin tersebut tak pernah tercoreng kepentingan kelompok maupun pribadi. Ia juga tegas menghukum seberat-beratnya pengusaha maupun penguasa yang bekerja sama mencari kekayaan dengan merusak alam.

Kita membutuhkan pemimpin yang selalu berusaha setia dengan perkara-perkara kecil dan nyata, konsisten, peduli dengan kehidupan rakyat banyak, all-out dalam menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya, memiliki komitmen kuat, serta rela berkorban bagi bangsa dan Negara. hanya dengan demikian kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat akan bisa tercapai.

Tandean Rustandy, Penulis adalah Direktur Riset dan Studi Reformed Center for Religion and Society, Alumni University of Chicago Booth Business School

Leave a Comment

Your email address will not be published.