FORUM 2 KEKRISTENAN DI ANTARA NASIONALISME DAN SEPARATISME DI PAPUA

Latar Belakang

Penyanderaan pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru menandakan gejolak yang belum menunjukkan tanda-tanda perdamaian di bumi cenderawasih. Merespons tindakan kelompok bersenjata yang dipimpin Egianus Kogoya, pemerintah berupaya melakukan pembebasan sandera dengan jalur persuasi dan penegakan hukum. Hingga kerangka forum ini dirancang, pembebasan pilot belum berhasil ditemukan setidaknya tiga pekan.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa kelompok bersenjata di Papua selalu menekankan pesan dan menuntut kemerdekaan di dalam setiap aksi yang dilancarkan. Namun demikian, Mahfud MD sebagai Menkopolhukam juga selalu tetap kukuh selaras dengan pemerintahan sebelum-sebelumnya untuk menyatakan bahwa Papua sebagai wilayah kedaulatan Indonesia adalah harga mati dan tidak dapat dinegosiasikan.

Tegangan di antara nasionalisme dan separatisme itu seakan menemui jalan buntu karena kompleksitas masalah yang melibatkan sejarah, militerisme, kesejahteraan, pendidikan, agama, hingga budaya. Pemerintah juga mengambil langkah-langkah terobosan untuk mengurai sekaligus mengatasi masalah. Instrumen kebijakan seperti otonomi khusus, pendidikan, kesehatan, akomodasi putera daerah, infrastruktur sarana dan prasarana diupayakan oleh pemerintah pusat dan daerah selama puluhan tahun. Walaupun demikian, tuntutan kemerdekaan masih senantiasa bergema. Fakta tersebut juga ditegaskan oleh kajian Lembaga Ketahanan Nasional beberapa minggu setelah penyanderaan bahwa aksi kekerasan di Papua tidak ada korelasinya dengan indikator ekonomi maupun sosial seperti yang terwujud di dalam dana otsus, tingkat kemiskinan, dan pengangguran.

Beranjak dari situasi demikian, kekristenan terpanggil untuk ikut mengemban tanggung jawab dalam permasalahan bangsa. Meskipun kekristenan masih menjadi agama mayoritas dan memiliki akar sejarah yang kuat di Papua, hal demikian bukanlah latar belakang utama menghadirkan keadilan di manapun orang Kristen berada. Upaya memperjuangkan keadilan didorong oleh karena kekristenan meyakini dan menghidupi kewarganegaraan ganda: surga dan dunia. Seorang Kristen adalah warga negara surga yang mana mereka memiliki pengharapan akan pemulihan dari dosa dan penghakiman terakhir oleh Yesus Kristus. Di sisi lain, orang Kristen yang sama juga berkewarganegaraan dunia yang saat ini dihidupi sebagai saksi kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Relevansi pengharapan dan saksi tersebut telah menjadi pendorong utama bagi seorang Kristen Indonesia untuk belajar mendengar dari berbagai sudut pandang dan menanggapi lingkaran kekerasan di Papua sehingga kekristenan tidak terjebak pada wawasan nasionalisme atau separatisme yang sempit dan merawak rambang.

Tujuan

(1) Peserta memahami kompleksitas isu separatisme di Papua;
(2) Peserta memahami bagaimana sikap kekristenan menyikapi isu separatisme di Papua.


Unduh Paparan Cornelis (55 downloads)